Menjadi mahasiswi akhir artinya harus siap dengan
gempuran pertanyaan seperti, kapan lulus? Atau, yang tingkatannya lebih horror,
habis lulus mau ngapain? Setelah menyelami diri lebih jauh, saya menemukan
bahwa, kelak, setelah lulus, saya ingin menekuni lebih dalam perihal bisnis.
Saya ingin menjadi pelaku usaha di bidang kuliner.
Sebenarnya, saya telah memulai usaha di bidang kuliner
sejak tahun 2017 silam. Produk yang saya pasarkan adalah cimol. Teman kampus
menjadi sasaran penjualan saya. Awal-awal, produk saya senantiasa habis. Tandas
tak bersisa. Saya dapat memproduksi 40-50 bungkus setiap harinya. Namun,
keterbatasan pengetahuan dan modal membuat bisnis saya cenderung begitu-begitu
saja, bahkan belakangan dapat dikatakan stagnan.
Kabar baiknya, dua bulan terakhir ini saya mengenal
PLUT-KUKM DIY. PLUT-KUKM merupakan singkatan dari Pusat Usaha Layanan
Terpadu-Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. Sesuai namanya, PLUT-KUKM
menyediakan berbagai layanan seperti inkubasi bisnis, coaching bisnis,
serta pelatihan guna meningkatkan kinerja produksi, kinerja pemasaran, akses
pembiayaan dan pengembangan sumber daya manusia (SDM). Eits, selain itu,
PLUT-KUKM juga merancang sistem baru yang akan diluncurkan pada tanggal 11
November 2019 mendatang. Sistem tersebut bernama Sibakul Beringharjo; Sistem
Pembinaan Koperasi dan Pelaku Usaha Berdaya Saing Khas Jogja. Ngga sabar, euy!
Didorong oleh rasa penasaran mengenai apa itu SiBakul
Beringharjo, siang tadi saya mengunjungi boothnya di Festival UMKM
Sembada 2019. Acara tersebut berlokasi di halaman rumah dinas Bupati Sleman.
Suhu 34 derajat tidak menyurutkan semangat saya—beserta pengunjung lain untuk
hadir.
Sibakul Beringharjo merupakan program inovatif dalam
tatakelola Koperasi dan UMKM terpadu yang dirancang guna menjawab tantangan
revolusi industri 4.0. Wajah dunia masa kini dihiasi dengan segala hal yang
berbau digitalisasi. Era digitalisasi menyebabkan berbagai dampak, salah
satunya dunia terasa seperti tanpa sekat. Efeknya, proses jual-beli suatu
produk tidak lagi dibatasi oleh jarak. Cukup dengan modal smartphone dan
kuota internet, penjual dari kota A dapat bertransaksi dengan pembeli dari kota
B. Bahkan, penjual dari negara A dapat bertransaksi dengan pembeli dari negara
B. Peluang seperti ini tentu saja tidak boleh disia-siakan. Berangkat dari
fakta tersebut, SiBakul Beringharjo hadir sebagai solusi yang bermanfaat untuk
meningkatkan daya saing maupun produktifitas Koperasi dan UMKM.
Beberapa
langkah pembinaan yang ditempuh guna meningkatkan daya saing dan produktifitas,
yaitu:
Pendataan
KUKM yang Terintegrasi
Pendataan ini didukung penuh oleh Dinas Koperasi dan UKM DIY dengan cara pembaharuan database UMKM di seluruh wilayah DIY. Pembaharuan
ini penting dilakukan supaya dapat mengetahui kebutuhan pokok pelaku UMKM. Sila
akses link berikut guna meng-update data UMKM 2019.
Prosesnya mudah, kita—pelaku UMKM hanya perlu mengisi beberapa poin pertanyaan
seperti identitas, jenis usaha, total omset, sampai teknis produksi. Dengan
turut andil dalam proses pembaharuan tersebut, kita memiliki kesempatan untuk
diikutkan dalam program pelatihan, fasilitasi, akses pameran, pendampingan, dan
lainnya dari Dinas Koperasi dan UKM DIY dan juga mitra.
Sistem Klastering KUKM
Selanjutnya, database yang terkumpul dapat digunakan
untuk mengelompokkan KUKM berdasarkan kelasnya, sehingga pembinaan yang
diberikan lebih tepat sasaran. Kelas ini terbagi menjadi tiga golongan, yakni
rendah, menengah, dan atas.
Kurikulum KUKM
Kenapa, sih, harus dikelompokkan seperti di atas?
Jawabannya tidak lain supaya kurikulum yang diberikan dapat sesuai dengan
kebutuhan. Kan, ngga nyambung kalau butuhnya ilmu produksi tapi
pelatihan yang diikuti mengenai ilmu pemasaran. Misal, dalam psikologi—jurusan
kuliah yang saya ambil, dikenal istilah intervensi. Mustahil seseorang yang
didiagnosis mengalami gangguan kecemasan diberi intervensi yang sama dengan
seseorang pengidap gangguan depresi.
Aplikasi tatakelola KUKM
Setelah semua langkah di atas berhasil dilalui,
diharapkan kesejahteraan masyarakat dapat meningkat. Hal ini ditandai dengan
meningkatnya perekonomian mereka.
Hal Menarik Lainnya di Acara Festival UMKM Sembada
2019
Agenda untuk mengenal SiBakul Beringharjo membawa saya
pada proses cuci mata, hehe. Disana, saya menjumpai banyak hal menarik lainnya.
Salah satunya, Es Tape Gosrok Mas Broo. Cukup dengan mengeluarkan uang lima
ribu rupiah, lidah saya berhasil dimanjakan dengan kesegaran es tape bertopping
buah nangka dan roti tawar.
Sayangnya,
bapak pemilik usaha belum memiliki akun instagram untuk memasarkan
produknya. Sehingga produknya belum dikenal masyarakat luas. Padahal keunikan
rasa, packaging, serta harganya yang ekonomis dijamin mampu menggaet
banyak pelanggan.
Inilah
contoh pentingnya SiBakul Beringharjo, supaya bapak kumis berbaju biru tersebut
mendapatkan pelatihan tepat dan berkelanjutan untuk pertumbuhan UMKM
miliknya.
Begitu halnya
dengan bisnis cimol yang saya rintis sejak dua tahun silam. Harapan saya,
setelah sistem ini diluncurkan kurang lebih dua minggu yang akan datang, saya
dapat bangkit, menambah wawasan, dan memperbaiki bagian yang salah. Tujuannya
agar saya mampu berdaya saing serta lebih produktif.
Can't wait
to see you, SiBakul
Beringharjo!
Komentar
Posting Komentar